Hambatan terbesar pada teknologi gadget adalah baterai. Ya, selama 50 tahun terakhir teknologi baterai belum berubah banyak. Bayangkan kenikmatan dan juga penghematan andaikata baterai yang mendayai iPhone 3G, notebook dan PDA phone kita mampu bekerja lebih dari satu hari setelah diisi penuh satu kali saja.
Pada dasarnya semua baterai bekerja dalam cara yang sama. Zat kimia yang ada di dalam baterai menghasilkan elektron-elektron, yang berkumpul pada ujung negatif baterai, dan mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
Ketika kita memasang baterai di dalam gadget, electron-elektron mengalir ke seluruh gadget dan kembali ke ujung positip baterai, membuat sebuah siklus dan menyebabkan proses kimiawi yang menghasilkan energi, yang membuat gadget Anda bekerja.
Lalu mengapa ada berbagai jenis baterai? Campuran kimia di dalam baterai-lah yang menyebabkan perbedaan tersebut. Berdasarkan campuran itu pula, baterai diklasifikasikan.
Nah, kenalilah tipe baterai gadget Anda dan juga cara merawatnya agar dayanya awet.
1. Alkaline adalah jenis baterai yang paling umum ditemukan. baterai yang harganya murah dan dayanya habis dalam sekali pakai ini bisa mendayai Game Boy Anda selama 20 menit (atau 2,5 menit pada Sega Nomad).
Baterai Alkaline
Kerapatan energi, jumlah daya yang dikandung baterai Alkaline tidak buruk, tetapi pada gadget yang haus energi seperti MP3 player atau kamera digital, daya baterai ini cepat terkuras habis. Namun untuk gadget yang tidak tinggi tuntutan dayanya, baterai Alkaline bisa bertahan lama, bahkan bisa bertahun-tahun. Sayangnya baterai ini tidak bisa diisi ulang.
2. Silver oxide atau baterai silver-zinc menyediakan cukup banyak daya dan tahan lama. baterai tipe ini dipakai dalam jam tangan dan juga mainan anak-anak, maupun di torpedo dan kapal selam, atau perangkat lain yang mementingkan kinerja, bukan harga. Kelemahannya, perak yang digunakannya mahal jika ukuran baterai lebih besar daripada kancing yang dipakai pada gadget. Selain itu, di akhir masa pakainya baterai ini seringkali bocor dan lelehan merkuri-nya berbahaya.
Baterai Silver-Zinc
3. Baterai Lead-acid terdiri dari dua tipe besar: baterai pemicu seperti yang ada di mobil Anda dan dirancang untuk lonjakan daya singkat; dan baterai bersiklus panjang yang memberikan daya yang lebih rendah, lebih ajek dan digunakan di kapal, mobil golf, dan sebagai daya cadangan di berbagai gadget.
Baterai Lead-acid
4. Baterai Alkaline Isi Ulang (rechargeable): Mirip baterai Alkaline biasa, tetapi dibuat agar bisa diisi ulang – artinya membuat elektron-elektron dipompa masuk kembali ke dalam baterai. Tidak sepeti baterai Nickel metal hydride, baterai ini tidak habis dayanya bila tidak dipakai, tetapi kapasitasnya berkurang setiap kali diisi ulang dan tidak setinggi baterai Alkaline biasa.
Baterai Rechargeable Alkaline
5. Nickel Cadmium, alias NiCad, merupakan baterai isi ulang pertama dan yang paling murah sehingga banyak dipakai di mainan anak-anak dan berbagai gadget. Pengisian ulang dayanya relatif cepat, tetapi memiliki efek memori. Jika dayanya belum habis saat Anda melakukan isi ulang akan terbentuk kristal-kristal besar yang membatasi daya yang disediakan di kali berikutnya. Selain itu kendati tidak dipakai, baterai akan kehabisan seluruh dayanya setelah sekitar 90 hari.
Baterai Nickel Cadmium
6. Nickel metal hydride, alias NiMH, menggantikan kadmium dalam NiCad dengan campuran yang membuatnya mampu menahan lebih banyak energi (40%) pada ruang yang sama dibandingkan NiCad. Masih ada efek memori di sini, tetapi tidak separah pada NiCad. Kecuali pada baterai tipe yang lebih baru, seperti Sanyo eneloop, daya yang ada perlahan-lahan akan habis walaupun baterai tidak dipakai.
Baterai Nickel Metal Hydride
7. Lithium ion alias Li-ion menjadi baterai standar pada gadget masa kini. Dibandingkan baterai dengan bahan nikel, Li-Ion lebih efisien energi dan tidak memiliki efek memori, tetapi juga lebih mahal harganya. Namun baterai tipe ini tidak boleh dibuang sembarangan karena bisa meledak (walaupun hanya terjadi beberapa kali per satu juta baterai). Dibandingkan NiMH, siklus isi ulang baterai Li-ion lebih pendek setengahnya ( 1000 vs. 500 kali).
Baterai Lithium Ion
Ada kelemahan lain. Jika daya baterai benar-benar habis dan voltase-nya turun di bawah ambang tertentu, kapasitas energi baterai Li-ion akan menciut secara permanen. Karena itulah baterai dirancang untuk mati jika dipasang setelah waktu tertentu. Biasanya, jika Anda punya gadget dengan baterai bertipe isi ulang, tipe Li-Ion-lah yang dipakai. Jika tidak, mungkin baterainya berjenis Li-Poly.
8. Lithium ion poly atau lithium poly atau li-poly (Li-Po), berasal dari lithium ion tetapi menggunakan elektrolit berbasis polimer gel. Karena itu namanya menjadi lithium ion poly. baterai tipe ini lebih bandel (tidak mudah meledak) dibandingkan Li-ion standar, lebih ringan dan bisa dibentuk sesuka hati. Anda akan semakin sering menjumpainya sebagai pengganti lithium-ion di laptop dan gadget lain. Kelemahannya, baterai ini lebih cepat habis dibandingkan Li-ion biasa.
Baterai Lithium Ion Polymer
9. Lithium iron phosphate (Li-Fe) merupakan perkembangan dari lithium ion yang menggantikan campuran oksida kobalt dalam li-ion. Tipe ini lebih kecil kemungkinannya meledak dan dapat melepaskan kapasitas dan terisi ulang sangat cepat. Namun sampai saat ini lithium iron phosphate masih mahal dan rumit pembuatannya. Mau tahu di mana baterai ini ada? Antara lain di laptop OLPC XO dan mobil hibrida.
Baterai Lithium Iron Phosphate
_____________________
@Kompas Tekno